Gilgamesh (Gilgameš) atau dikenal juga sebagai Bilgames dalam teks awal Sumeria, adalah raja kelima Uruk (Awal Dinasti II, Dinasti pertama Uruk), memerintah selama 126 tahun, sekitar 2500 SM
(menurut daftar raja Sumeria). Gilgamesh adalah karakter sentral dalam
Epos Gilgamesh, karya terbesar yang masih hidup pada awal sastra
Mesopotamia.
|
Gilgamesh |
Dia merupakan Anak laki-laki dari Lugalbanda ini menurut legendanya, dua-pertiga dewa dan sepertiga manusia. Ibundanya bernama Ninsun, yang terkadang disebut dengan Ramat Ninsun, yang merupakan seorang Dewi.
Menurut sebuah dokumen yang dikenal dengan "Sejarah Tummal", akhirnya Gilgamesh, dan putranya, Urlugal, membangun kembali tempat penyembahwan Dewi Ninlil, yang terletak di Tummal, satu blok dari kota Nippur.
Dalam
Mitologi Mesopotamia, Gilgamesh di gambarkan sebagai makhluk setengah
Dewa yang memiliki kekuatan super. Yang membangun dinding besar untuk
melindungi rakyatnya dari berbagai ancaman luar dan melakukan perjalanan
untuk bertemu Utnapishtim, orang bijak yang telah selamat dari Banjir
Besar. Cerita ini dapat dikatakan sebagai ekuivalen dari cerita Yunani
tentang Heracles.
Dalam Epos Gilgamesh, sastra
Mesopotamia, dikatakan bahwa Gilgamesh telah memerintahkan untuk
membangun tembok-tembok legendaris di Uruk. Dalam versi lainnya
mengatakan, menjelang akhir cerita, Gilgamesh berbual pada Urshanabi, sang jurumudi, bahwa dinding kota itu dibangun oleh Tujuh Orang Bijak.
Dalam catatan sejarah, Sargon Agung
mengklaim telah menghancurkan dinding-dinding ini, untuk membuktikan
kekuatan militernya. Para ahli percaya, bahwa Epos Gilgamesh kemungkinan
berkaitan dengan cerita Alkitab tentang air bah yang disebutkan dalam
Kitab Kejadian.
Potongan-potongan dari sebuah epos
yang ditemukan di Me-Turan (Tell Haddad sekarang), mengisahkan bahwa
Gilgamesh dikuburkan di bawah air dari sebuah sungai di akhir hayatnya.
Rakyat Uruk mengalihkan aliran Sungai Eufrat, untuk melintasi Uruk yang
bertujuan untuk menguburkan raja mereka yang telah meninggal di dasar
sungai.
Pada April
2003, sebuah tim ekspedisi Jerman menemukan apa yang diduga sebagai
seluruh kota Uruk. Termasuk tempat yang pernah di aliri sungai Eufrat,
tempat peristirahatan terakhir raja rakyat Uruk, Gilgamesh.
Meski tidak terbukti, kebanyakan ahli
tidak menentang pendapat yang menyatakan Gilgamesh sebagai tokoh
historis, khususnya setelah ditemukan prasasti-prasasti yang mengukuhkan
keberadaan historis tokoh-tokoh lainnya yang berkaitan dengannya, yaitu
: raja Enmebaragesi dan Aga dari Kish.
Dalam gulungan Qumran yang dikenal sebagai "Book of Giants", 100 SM, nama Gilgamesh dan Humbaba muncul sebagai dua raksasa kuno (dalam bentuk konsonan), yaitu : glgmš dan ḩwbbyš.
Teks yang sama ini kemudian digunakan di Timur Tengah oleh sekte Manichaean, dan dikenal di Arab sebagai Jiljamish, yaitu nama dari setan menurut ulama Mesir, Jalaluddin Al-Suyuti, tahun 1500.
Nama Gilgamesh pun muncul sekali dalam bahasa Yunani, yaitu sebagai "Gilgamos" (Γίλγαμος), di Aelian, "De Natura Animalium", tahun 200. Dalam cerita Aelian, Raja Babel, Seuechorus atau Euechorus,
diramalkan, bahwa cucunya, Gilgamos, akan membunuhnya. Sehingga,
Seuechorus melempar Gilgamos dari menara yang tinggi. Seekor Elang patah
tertimpa kejatuhannya, dan bayi itu ditemukan selamat dan dibesarkan
oleh seorang tukang kebun, yang akhirnya menjadi raja.
Theodore Bar Konai,
tahun 600, menulis di Syria, juga menyebutkan seorang raja Gligmos,
Gmigmos atau Gamigos sebagai garis terakhir dari 12 raja-raja yang
sezaman dengan para leluhur dari Peleg kepada Abraham. Kejadian ini juga
dianggap sebagai bekas sisa-sisa memori dari Gilgamesh.
|
Patung Gilgamesh |
|
Ilustrasi Gilgamesh |
Share this